NASIONAL

LSM LIRA Gelar Rapimnas Sekaligus Peluncuran Logo Baru

*Lira Ya JR, JR Ya Lira*

Di sini saya mengenal Wapres Lira, Johan O. Silalahi, yang belakangan mendirikan lembaga penelitian sendiri, pasca Pilpres 2009. Mereka ini berkantor di lantai 3 dan 4. Sedangkan lantai I untuk kantor AsiaMark, perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, dari event organizer sampai penerbitan.

Saya tidak bergabung ke LSM Lira, walau kadangkala diberi tugas JR –begitu panggilan top Jusuf Rizal sejak SBY gemar menyingkat namanya—membuat siaran pers dan sedikit terlibat urusan LSM itu. Di Koran Kabinet saya ditunjuk sebagai editor.

Berinteraksi dengan Lira dan JR menjadikan saya mengenal keduanya. “Lira ya JR, JR ya Lira”. Sulit memisahkan keduanya. Tak bisa sembarang orang bisa bekerja sama dengan JR. Dia keras, kadang cenderung sangat kaku, memaksakan kehendak, namun gila kerja. Dia sangat tulus juga sangat cerdik. Langkahnya zigzag dan sulit ditebak. Dia sering berpikir out of the box. Bagi sebagian orang, ide-idenya tak masuk di akal, bahkan dibilang gila. Namun dia membuktikan bahwa apa yang dia lakukan cukup sukses dan mencengangkan banyak orang.

Satu contoh saja, banyak yang bilang ia edan, ketika JR menjadikan dirinya sebagai presiden walau hanya untuk sebuah LSM, lalu mengangkat para menteri pada LSM itu. Jaringan Lira mengular ke berbagai daerah, sampai ke tingkat RT. Bukan hanya itu. Ia juga dianggap gila ketika membongkar dugaan korupsi di kepolisian, lalu merekomendasikan pemeriksaan Wakapolri Adang Daradjatun dalam kasus itu. JR adalah eks karyawan istri Adang, yakni Nunun Daradjatun. Dia sempat memimpin majalah Telset milik Nunun.

Selama SBY menjadi Presiden, pers selalu memburu JR untuk menjadi nara sumber terkait isu-isu yang menerpa Istana. Itu aneh, soalnya SBY sudah memiliki juru bicara sendiri, macam Andi Malarangeng dan yang lainnya itu. Namun, dengan pedenya JR menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan dalam talk show di stasiun televisi maupun dalam konferensi pers. Itu sebabnya, Lira dan JR seringkali berjuluk suara Istana dari luar pagar atau suara di luar pagar Istana. Karena sesungguhnya, apa yang disampaikan JR –tim sukses SBY yang tak pernah menyentuh lantai istana– itu adalah suara istana, tanpa merasa perlu ada komando dari sang penguasa itu.

JR bergaul dengan banyak orang dari berbagai strata sosial. Dari pejabat tinggi maupun rakyat jelata. Namun satu hal yang saya kenal dari JR: Dia tidak bisa diatur oleh siapa pun. Orang bilang, keras kepala. Dia memegang teguh prinsipnya. “Dia tidak bisa disuap,” ujar Lestaluhu suatu ketika. Itu sebabnya, kendati jaringannya luas, sedikit orang yang bisa bekerja sama dengannya. Bahkan ketika ia menarik saya ke Kabinet, belakangan saya tahu, itu adalah berkah perpecahan JR dengan Ramadhan Pohan dan kelompok Blora Center lainnya. Bagi JR, perginya orang-orang dari Lira, tak menjadi masalah. “Terserah,” ujarnya beberapa kali.

Johan Silalahi akhirnya juga meninggalkan Lira, konon karena tidak ada kecocokan dengan JR. Sedangkan kasus menjelang Munas II Lira yang terjadi JR justru memberhentikan kader penting Lira, yakni Frans X Watu dan Doddy Hidayat. Frans adalah Sekretaris Kabinet Lira sedangkan Doddy adalah Wapres Lira. Orang berspekulasi tentang penyebab pemecatan itu. Namun, hanya JR saja yang tahu pokok permasalahannya.

Akibatnya, di Lira orang begitu mudah datang dan pergi. Toh, Kantor Gedung Gajah tidak pernah sepi dengan kader-kader baru. Saban hari, kantor ini baru tutup tengah malam dan kembali sibuk di pagi hari. Tamu JR juga datang dari berbagai strata sosial. Dari artis sampai kiai. Ada pejabat daerah yang sekadar silaturahmi sampai curhat berbagai macam, sampai pejabat tinggi yang ingin naik pangkat lebih tinggi lagi.

Asyiknya, JR bukan tipe laki-laki pendendam. Satu kali dia bisa bersengketa keras dengan seseorang namun dia tetap membuka pintu bagi orang itu untuk datang padanya. Kader-kader Lira yang sudah hengkang, sebagian besar tetap menjalin hubungan baik dengan JR. Namun, JR tidak bisa mentolerir kader yang mengkhianati dirinya. Hubungan pribadi bisa ia terima tetapi tidak di organisasi.

Kini, bendera Lira sudah berkibar di seluruh penjuru Nusantara. Pada Rapimnas Lira di Batu itu, dihadiri seluruh pengurus Lira dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Perpecahan memang sempat menerpa jantung organisasi ini. Ollies Datau mendaftarkan Perkumpulan LIRA versinya ke Menteri Hukum dan HAM dan memimpin organisasi tersebut. Jusuf mengatakan Lira sejak awal adalah ormas tidak berbadan hukum telah terdaftar di Kesbangpol Depdagri sejak 2010 dan memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sesuai Kepmendagri Nomor 33 tahun 2012 yang berlaku hingga Maret 2019. “Lira masih seperti dulu,” ujarnya.(**)

Laman: 1 2 3 4 5

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({google_ad_client: "ca-pub-7658722301248693",enable_page_level_ads: true});
To Top