BERITA SULBAR

Capacity building BI, Tiga Praktisi Media Kupas Jurnalisme Ekonomi: Etika, Data, dan Keberanian Tampil Beda

MAMUJU, Mediasuaranegeri.com – Derasnya arus informasi ekonomi di era digital membuat publik sering kesulitan membedakan mana fakta dan mana opini. Dalam situasi ini, peran jurnalis ekonomi menjadi semakin vital, bukan hanya menyampaikan kabar, tetapi juga membantu pembaca memahami makna di balik angka dan kebijakan.

Terkait hal itu, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi barat menggelar Capacity building wartawan untuk mendorong literasi publik dan sinergi daerah, selama dua hari di Ballroom Matos Mamuju, pada Senin 29–30 September 2025.

Kegiatan tersebut menghadirkan 3 (tiga) narasumber dari wartawan senior bagian ekonomi yang dihadiri sejumlah insan pers berbagai media di Sulawesi barat dengan mengangkat tema “Memperkuat sinergi wartawan dan bank indonesia dalam mendukung stabilitas ekonomi daerah“.

Hal itu mengemuka dalam sesi berbagi pengalaman tiga praktisi media yang menyoroti tantangan sekaligus kunci keberhasilan jurnalisme ekonomi.

Narasumber pertama, dalam materi “Etika Jurnalistik dalam Pemberitaan Ekonomi”, menegaskan pentingnya menjaga prinsip independensi, akurasi, dan transparansi sumber. Menurutnya, Media tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga membentuk persepsi publik.

“Jurnalis harus menghindari konflik kepentingan dan memastikan setiap informasi yang dipublikasikan sudah terverifikasi,” jelasnya Erick Tanjung.

Managing Editor kumparanBisnis, Angga Sukmawijaya, turut menekankan pentingnya data dan riset. Dalam materinya ‘Jurnalisme ekonomi, tantangan di era digital, dan bagaimana memanfaatkan data‘, ia menyebut data sebagai fondasi utama jurnalisme ekonomi.

“Data memberikan fakta objektif, menghindari spekulasi, serta membantu pembaca memahami tren ekonomi, bukan sekadar peristiwa,” ungkapnya.

Menurut Angga, sumber data kredibel dapat berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, OJK, hingga lembaga internasional seperti IMF dan World Bank. Dengan data yang tepat, media dapat menjaga kredibilitas sekaligus meningkatkan literasi ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Hendri T. Asworo dalam “Sharing Session” menggarisbawahi sisi personal seorang jurnalis ekonomi. Ia menekankan perlunya sikap kritis, pemahaman isu yang mendalam, dan kemampuan membangun jaringan sejak dini.

“Eksklusivitas bisa muncul bahkan dari satu kalimat. Yang penting berita itu memberi nilai tambah dan tampil lebih terdepan dibandingkan kompetitor,” ujarnya.

Hendri juga menekankan pentingnya memahami audiens serta vitalitas dalam menulis.

“Menulis itu vital, meski hanya satu kalimat. Dari tulisan, informasi bisa memberi dampak besar. Karena itu, yakinlah dengan pilihan menjadi jurnalis ekonomi,” tegasnya.

Ketiga pandangan tersebut diatas menunjukkan bahwa jurnalisme ekonomi menuntut perpaduan etika, data, dan keberanian. Etika menjamin kepercayaan publik, data memberikan fondasi objektif, sementara keberanian tampil beda membuat berita lebih bernilai.

(Dirman)

***

The Latest

To Top